Mengingat Kisah si Mardan dan Ibundanya Yang Meninggal Di Perjalanan
Tugu Makam Ibunda si Mardan di Bandar Pulau, Asahan - Sumatera Utara |
Tugu ini merupakan tugu peringatan sekaligus tempat ibu si Mardan dikuburkan. Konon menurut orangtua di Desa ini bahwa Ibunda si Mardan meninggal dunia, ketika dalam perjalanan menuju pulang ke Porsea, setelah ia tidak diakui oleh si Mardan sebagai Ibu Kandungnya.
Dengan berjalan kaki ratusan kilometer, Ibunda si Mardan tidak kuat lagi meneruskan perjalanan hingga ia meninggal di tengah perjalanannya.
Atas inisiatif penduduk setempat, maka tempat dimana Ibundanya si Mardan meninggal, dibangunlah tugu di atas kuburannya. Kiranya peristiwa semacam itu menjadi peringatan bagi orang yang durhaka ke orangtuanya.
Di tugu yang berdiri di atas makam Ibundanya si Mardan bertuliskan:
"Sada tugu sejarah, ima inongni Simardan naturun sian porsea,manopoti ima Simardan di Tanjung Bale.Sahat ma i jabuni ni Simardan, i jou ma Simardan.Marbalosma Simardan dang inong songokko inokku.Anggo tung ima balosmu, mulak ma au tu Porsea.Sippulma hangoluanmu dison."
Diperkirakan artinya : "Ini adalah sebuah tugu sejarah mengenai Ibundanya si Mardan yang datang dari Porsea menemui si Mardan ke Tanjung Balai. Tibalah ia di rumah si Mardan dan dipanggillah si Mardan. Si Mardan membalas: 'Bukan Ibu macam kau, Ibuku. Lalu Ibunda si Mardan berkata : 'Kalau itulah balasanmu, pulanglah aku ke Porsea. Terikatlah hidupmu disini."
Di Kota Tanjungbalai, terdapat sebuah pulau yang bernama Pulau Simardan (Kini menjadi salah satu Kelurahan di Kecamatan Datuk Bandar Timur, Tanjungbalai, Sumatra Utara). Konon katanya, pulau tersebut mengandung sebuah kisah antara anak yang durhaka kepada ibu kandungnya.
Disebut-sebut, si Mardan adalah salah satu legenda dari tanah Batak yang cukup terkenal. Si Mardan berasal dari Porsea (kini menjadi wilayah Kab. Toba), Sumatera Utara yang pergi merantau ke Tanjung Balai. Marga apa si Mardan? Rahasia, demi menghindari fitnah, ujaran kebencian atau rasis terhadap marga tertentu. Di Tanjung Balai, si Mardan merantau dan beberapa tahun kemudian menikah dengan seorang gadis cantik anak saudagar, putri majikannya sendiri, dan menjadi orang kaya. Namun, ketika si Mardan menjadi orang kaya, Mardan malu mengakui orangtuanya karena miskin, dan menjadi anak durhaka terhadap ibu kandungnya sendiri.
Pesan moral: Berapa banyak pun harta kekayaanmu, jangan pernah tiadakan orangtuamu.
Post a Comment for "Mengingat Kisah si Mardan dan Ibundanya Yang Meninggal Di Perjalanan"
Silahkan berkomentar bijak tanpa asumsi sesuai dengan topik artikel. Komentar spam atau share link yang tidak relevan akan dihapus. Terimakasih..